Cerita Sex Cinta Yang Liar Part 59
Cerita Sex Dewasa Cinta Yang Liar Part 59 – BanyakCerita99 – Cerita Sex Dewasa Bersambung – Cerita Sex Terbaru – Cerita Dewasa Terbaru – Cerita Bersambung
Cerita Sebelumnya : Cerita Sex Cinta Yang Liar Part 58
Hari-H malam pergantian tahun dimulai dari pagi hari
08:00
Aku bangun pagi, ku telepon ibu. Ibu kemudian menyampaikan sesuatu dengan candanya. Kata ibu, ibu pura-pura jengkel kepada ayah yang jarang pulang dan jarang membelai ibu. kata ibu, ayah malah sedikit salah tingkah ketika ibu marah.
Dan menurut penuturan ibu, ayah memperbolehkan Ibu menginap lagi sampai batas waktu tidak ditentukan. Plong rasanya, tapi aku sedikit ngambek ketika mendengar ibu minta jatah. Ibu kemudian menenangkan aku dengan kata-kata Cuma untuk kamu sayangku. Begitulah ibu dia juga tidak lupa mengingatkan aku untuk sarapan. Kubuka email dari om nico.
To : [email protected]
Ingat besok malam, gunakan email sebagai alat komunikasi
Hati-hati dengan buku…
Buku? Ayah mbak ara? Mungkinkah dia benar-benar akan disingkirkan? Itulah pikiranku ketika membaca email om nico. Well, aku harus lebih bersabar. Sambil bersandar di sofa ruang keluarga aku menonton acara kesukaanku, teletabis, acara anak-anak ow owwww… sedikit refreshing untuk menghilangkan kegelisahan hatiku.
11: 00
Aku tidur siang menyiapkan tenaga untuk nanti malam. Tak ada yang tahu rencanaku kecuali aku sendiri.
17:00
Aku bangun, segera aku menelepon pak wan untuk mengantarku. Tapi sebelumnya aku menelepon ayah untuk minta izin bermalam tahun baruan bersama teman-temanku.
Halo
Romo, Arya mau minta izin malam tahun baruan bareng teman-teman
ya, dimana?
di kampus romo, di rektorat bareng sama teman-teman SMA, kan mereka juga teman universitasku juga romo. Terus habis malam tahun baruan paling aku tidur di rumah temanku romo, boleh?
ya ndak papa, dah dulu
Iya romo
Beberapa saat kemudian pak wan datang, aku kemudian meminta pak wan mengantarkan aku ke rumah makan, mengisi energi. Sesampainya di warung makan aku mengajak pak wan juga untuk makan. Sambil makan aku dan pak wan berbincang-bincang.
den, apa rencana aden sebenarnya dengan membawa tas besar itu? tanya pak wan
Pokoknya pak wan santai saja, aku ingin memata-matai mereka pak… akan ada pertemuan di danau perumahan elite ucapku
Tapi den, sebaiknya aden bawa teman-teman aden juga ucap pak wan
Jangan pak, terlalu beresiko, jika terlalu banyak yang datang akan menimbulkan curiga ucapku
Baiklah, terserah aden… pokoknya aden harus hati-hati, aden sama keras kepalanya kalau mau berbuat yang berbahaya ucap pak wan
Sama seperti siapa pak? ucapku
Tuan wicak… ucap pak wan membuatku sedikit tertegun dan kemudian tersenyum
Kok bisa? ucapku
Ya bisa, tuan wicak itu dulu pernah nyari anak hilang di lereng bukit. Dia merasa itu adalah tanggung jawabnya sebagai kepala desa. Ketika itu warga sudah menyerah tapi tuan wicak masih terus mencarinya hingga 2 hari 2 malam.
Ya walaupun akhirnya ketemu, waktu itu tubuh tuan wicak tampak lusuh dengan membopong anak kecil itu. Dia benar-benar kepala desa yan sangat kami kagumi dan kami hormati. Dan masih banyak lagi cerita keras kepala tuan wicak, tapi itu semua demi kebaikan warga dan warga hanya bisa geleng-geleng kepala saja ucap pak wan
Senyumku adalah senyum bangga ketika mendengar nama kakekku. Kakek dari ayahku, wicaksono nama belakangku. Seandainya aku sering kerumah kakek-nenek dan tak ada hal seperti ini mungkin aku akan lebih tahu kehebatan kakekku. Kakek warno saja sudah keren ditambah lagi kakek wicak.
Dan mereka berdua ada didalam diri aden ucap pak wan
Eh… aku terkejut dari lamunanku
Ya, mereka berdua tuan wicak dan tuan warno, semuanya ada didalam den arya ucap pak wan
ehem…. jangan samakan aku dengan kakek-kakekku pak wan, mereka lebih hebat ucapku sambil menelungkupkan sendok dan garpuku dan ketika hendak berdiri untuk ke kasir
Iya den, aden dan kedua kakek aden memang tidak sama, tapi yang namanya berlian tetaplah sama ucap pak wan yang aku pandang sejenak, kemudian dia berdiri dan menepuk bahuku dan berbalik meninggalkan aku
Saya tunggu di taksi den ucap pak wan
Iya pak ucapku kembali melanjutkan langkahku ke kasir tak lupa aku memesan makanan dibungkus untuk nanti malam
Pak wan, pak wan mungkin itu yang kamu lihat di depan matamu tapi kau tidak pernah tahu apa yang aku lakukan dibelakang bersama ibu dan wanita-wanita lain. Aku berlian yang kotor mungkin itu lebih pantas. Setelah makan aku dan pak wan ke perumahan ELITE. Jauh dari perumahan elite aku menyuruh pak wan untuk berhenti.
Pak berhenti disini saja, aku tidur dulu ya pak, nant kalau jam 10 aku dibangunkan ucapku
Iya den beres ucap pak wan
Kalau pak wan mau beli apa, bilang saja sama pak, nanti aku yang bayarin ucapku
Ha ha ha ha… aden ndak usah mikir itu den, dah tidur dulu untuk nanti malam ucap pak wan
22:00
Den bangun sudah jam 10 malam ucap pak wan
Erghh… hoaaaaaam… jam 10 ya pak? Terima kasih pak ucapku
Dimakan dulu den makanannya ucap pak wan
Iya pak ucapku
Aku makan dengan lahap makanan yang aku bungkus dari rumah makan. Mengisi energi untu nanti jika ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Aku kemudian berganti pakaian serba hitam dengan penyamaran agar tidak ada yang mengetahui jati diriku.
Pak, bagus ndak penyamaranku? ucapku
Mantabz den, kaya maling ayam den ha ha ha canda pak wan
Wekekekekeke… aku tinggal dulu pak, pak wan langsung pulang saja atau kalau tidak nanti kalau saya hubungi pak wan kesini lagi ya ucapku
Oke den…
Den arya lanjut pak wan
Iya pak… ucapku
Sematpion atau henpunnya dibuat diam den ucap pak wan
Smartphone pak, iya pak terima kasih ucapku yang langsung keluar dari taksi dan men-silent Smartphoneku
Untung saja pak wan mengingatkan aku, ya karena pak wan pernah aku kasih cerita ketika kejadian dirumah tante war. Setelahnya Aku bergerak sendirian, melompati selokan dan menyusuri kebun di samping perumahan ELITE.
Untuk tanahnya kering coba saja kalau tidak kering banyak yang menempel di sepatuku. Aku berjalan mengendap-endap keluar dari kebun singkong. Setelahnya aku berjalan seperti biasa, ketika aku melewati sebuah rumah.
Bu Dian hanya itu bathinku berucap
Ya itu rumah bi dian, rumah dimana aku pertama kali bertemu dengannya dengan penampilan yang berbeda. Arghhh kenapa aku ini? kenapa aku bisa ingat dia disaat seperti ini? Aku kembali melangkah menuju danau.
Dengan mengendap-endap jika saja ada orang lewat atau orang berada didepan rumahnya. Setelah sampai ditaman Dan aku bersembunyi di taman sambil tiduran agar tidak terlihat dari kejauhan. Taman begitu gelap di malam hari, tak ada lampu taman disini. Karena taman sedang dalam masa renovasi, sehingga memberiku tempat persembunyian yang aman.
23:45
Aku mendengar mobil datang ke danau. Tiga kali kilat cahaya mobil menerobos semak-semak dimana aku rebah bersembunyi. Setelah beberapa saat aku mendengar suara pintu mobil terbuka dan tertutup beberapa kali.
kelihatanya mereka tidak bertiga tetapi ada beberap orang yang menemani mereka, mungkin body guard mereka. Aku kemudian bangkit perlahan dan bersembunyi di balik pohon dengan posisi duduk, kedua kakiku kutekuk.
00:00
Tuiiiiiing…. duerrrr…
Tuiiiiiing…. duerrrr…
Cahaya kembang api dari daerah di sebelah perumahan elite menerangi tempat ini. setelah beberapa kembang api menyala dan menghilang, samar-samar aku mendengar mereka mulai bercakap-cakap. Ku nyalakan Smartphoneku yang sudah aku sunyikan, ku sodorkan bagian kamera agar bisa merekam mereka semua.
Aku tetap berada dibelakang pohon dengan tubuh sedikit miring tapi tak berani mengintip, hanya untuk memastikan agar kamera tidak terlihat oleh mereka. posisiku duduk adalah membelakangi mereka. pohon tempatku bersembunyi dekat dengan mereka, dan mereka tepat dibelakangku. Entah jaraknya sejauh apa aku tidak tahu, yang jelas aku dekat dengan mereka.
kita telah kehilangan satu orang ucap seseorang yang sudah tidak asing lagi, Ayahku
benar, dan kita tidak tahu kenapa bisa seperti ini ucap seorang lagi dan itu aku yakin om nico
bagaimna ini? ucap seseorang lagi, aku memang tidak tahu pasti tapi kemungkinan dia adalah aspal
Aku sudah mencari tahu keberadaan anak dan istri tukang, tapi sialnya orang yang aku suruh malah tertangkap polisi. Tapi tenang dia tidak akan bicara, semuanya beres ucap ayahku
dan kemarin aku sudah menemui pembantu tukang tapi bukan dia pelakunya, karena dia sudah tahu aku ya aku habisi ucap om nico
Bajingan! bathinku
bagaimana untuk pesta kita di bulan kedua, tampaknya kita harus mempercepat waktunya ucap aspal
tidak bisa, para peserta pesta kita tidak bisa jika dimajukan ucap ayah
Tuiiiiiing…. duerrrr…
Tuiiiiiing…. duerrrr…
berarti kita memang harus lebih hati-hati lagi ucap om nico
Apa mungkin buku? ucap aspal
Bisa jadi dia jadi biang keladi dari semua ini ucap ayah
Kita harus membereskannya ucap om nico
Berarti benar apa kata mbak ara, buku akan di singkirkan ucap bathinku
Baiklah… rencana kita adalah pertama, kita singkirkan buku agar tidak ada lagi yang mengganjal jalan kita, bagaimana? ucap ayah
Oke ucap aspal dan om nico
selanjutnya? ucap
Kedua, kita siapkan wanita-wanita untuk pesta kita ha ha ha tapi kita berkurang satu, anak tukang jadi bagaimana dengan kamu pal? ucap ayah
Beres dia sudah aku asingkan minggu depan aku akan ajak dia kembali ke sini, untuk dilatih menjadi pemuas kita ucap aspal
Reng, kamu bagaimana? ucap ayah
Si war, sudah terlatih kan kamu sendiri sudah tahu, kita melatihnya bersama. Dan jaminan bersih tanpa ada penyakit ha ha ha ha ucap om nico sambil tertawa terbahak-bahak
Sialan! bathinku
mungkin ada beberapa tambahan lagi, ya kita cari saja ditempat lokalisasi kita bayar mahal mereka semua agar memuaskan kita ha ha ha ha ucap ayah diikuti oleh dua orang lainnya. Namun aku juga mendengar tertawa dari dua orang lain yang berbeda, mungkin body guard mereka. Jujur saja aku tidak bisa melihat secara detail jumlah mereka
tapi war dan anakmu akan jadi biduannya ha ha ha ha mereka ratu budak seks kita ha ha ha ha ucap ayahku
Ha ha ha tenang saja kawaaaaan… tapi perawannya aku ambil dulu ha ha ha ucap aspal
Kamu emang pinter pal, anak sendiri diperawani dulu baru dilempar ke yang lain ha ha ha ha ucap om nico
Terus bagaimana mengenai pertemuan besok? Bukannya kamu sering kontak dengan mereka ucap om nico kepada ayahku
Oke ini yang ketiga, kita akan melakukan transaksi besar dan pesta. Mereka sudah menyediakan barangnya ada pil, serbuk dan juga rumput hisap (ganja) setelah transaksi kita akan menikmati bersama mereka. Baru kemudian kita habisi mereka, jadi kita untung dua kali ucap ayahku
Berarti kita harus bawa orang lebih banyak lagi, tidak mungkin seorang bandar besar datang hanya seorang diri ucap aspal
Tentu saja kita bawa banyak, lebih banyak dari mereka. dan aku sudah menyiapkannya ucap om nico
Tapi mereka semua pastinya sudah ahli apalagi mereka badan besar tidak mungkin penjaga mereka ecek-ecek ucap aspal
Aku tanya siapa coba yang tidak butuh uang? ucap ayahku
Maksud kamu? ucap aspal
Kita sudah tahu mereka, penjaga mereka kita ambil alih saja dengan memberi uang lebih banyak dari bandar jadi mereka akan membelot dan membela kita, betul tidak? ucap ayahku
Ha ha ha ha ha ha ucap aspal dan om nico kemudian diikuti oleh ayah
Hei nico bagaimana dengan keluargamu? Dan kamu mahesa, bagaimana dengan keluarga mertua kamu? ucap aspal
Mereka sudah pergi jadi tidak usah khawatir mengenai mereka. jika mereka terlihat lagi aku akan menghabisi mereka ucap om nico
Kalau keluargaku, mereka semua beserta keluarga besar akan tamasya mungkin setelah pertemuan aku akan menghabisi mereka ucap ayahku
BAJINGAN! Sebelum kamu menghabisi kami, aku akan menghabisimu terlebih dahulu bathinku
Oke, cukup sekian pembahasan kita, sekarang mari kita ke tempat wanita-wanita untuk memuaskan kontol kita. Kita sudah tidak pernah bersama-sama sejak kamu dan tukang pergi ke luar negeri, bagaimana? ucap ayahku
Okay-okay, aku juga sudah kangen meng-gang bang bersama kalian ha ha ha ucap aspal
aku mau cari yang perawan dulu ha ha ha ucap om nico
Pembicaraan selanjutnya hanya berkisar pada sesuatu yang tidak penting. Akhirnya aku tarik kembali Smartphoneku. Segera aku matikan dan aku save video yang sudah aku rekam tersebut.
Clek….
Siapa itu? ucap ayahku entah apakah yang lain semuanya terkejut dengan bunyi itu
Tuiiiiiing…. duerrrr…
Tuiiiiiing…. duerrrr…
Hening sesaat…. Sial, ketika aku mencoba menutup aplikasi video. Aplikasi dari video berpindah ke camera. Dan tersentuh bagian tombol mengambil foto dan berbunyi, aku lupa mematikan bunyi pengambilan foto (Shutter sound).
Cepar periksa, ada orang disitu, bunuh dia ucap om nico
Ayo cepat! ucap aspal
Trap…..
Trap….
Trap…..
Trap….
Trap…..
Trap….
Trap…..
Trap….
Sial kenapa jadi begini? bathinku
Tuiiiiiing…. duerrrr…
Tuiiiiiing…. duerrrr…
Dari cahaya kembang api, tampak bayangan dua orang berada disamping kanan kiriku. Ya, mereka sedang melangkah mendekatiku. Jantungku berdegup kencanng, aku tidak ingin tertangkap. Aku tidak ingin mereka tahu siapa aku, jika aku mati disini semua orang yang aku kenal pasti akan mati.
Aku harus lari, harus lari….
Aku tidak ingin mati…
Aku harus lari…..
Keluar kamu?! Teriak seorang lelaki yang tak aku kenal (Lelaki satu). Tanganku menggenggam erat pasri yang ada ditangan kanan dan kiriku.
KELUAR! ucap seorang lelaki yang berbeda lagi, dari suaranya aku bisa tahu. (Lelaki dua)
Tuiiiiiing…. duerrrr…
Tuiiiiiing…. duerrrr…
Mereka semakin dekat… suara mereka semakin jelas… dari bayangan mereka terlihat mereka membawa pistol…
AKU TIDAK BOLEH MATI!….
AKU HARUS HIDUP UNTUK KELUARGAKU, SAHABATKU, DAN DIAN!
Aku kemudian berdiri…
Bangkit….
Langsung berlari ke arah ketika aku datang, pasir yang ada ditanganku aku lemparkan ke arah mereka…
AH SIAL! BERHENTI ucap lelaki satu yang menyuruhku keluar tadi. Ketika aku melempar pasir hanya satu orang lelaki yang terkena pasirku
Aku terus berlari dengan posisi sedikit merunduk…
DOOOOOR….
TUAAANG!
Ya aku berlari dengan posisi merunduk, terdengar suara tembakan dari arah belakangku. Tepat ketika suara itu terdear, aku tersandung dan hampir terjatuh untungnya saja kedua tanganku bisa berhasil menahan tubuhku dan kembali berlari. Untunglah, dan untunglah tembakan mereka meleset, hanya mengenai angin yang berada disekitarku .
Berhenti ucap seorang lagi. Aku masih berlari dan melompati pagar taman setinggi kurang dari 1 meter, mungkin 0,75 meter. Aku melompatinya dengan degup jantung yang berdetak dengan sangat kencang dan hingga aku melompatinya kuteruskan 1000 langkahku.
Sekarang posisiku berada dijalanan perumahan elite, jalan dimana aku datang tadi. aku berlari berlawanan arah dengan arah, entah kemana tujuanku saat ini.
Berhenti atau aku tembak ucap lelaki satu
Cepat kejar dia teriak ayahku dari kejauhan dan aku masih bisa mengenali suara ayah
Kejar dia bodoh! Tembak teriak aspal
cepat teriak om nico yang mulai samar aku dengarkan karena posisiku menjauh
Sial bagaimana ini? kalau mereka menembakku lagi bisa jad arghhhh…. sial! Eh…. zig-zag bathinku mengingatkan aku agar berlari zig zag, seperti dalam film-film action dimana berlari zig-zag dapat mengecoh penembak.
Aku kemudian berlari zig-zag menjauh dari mereka.
DOR… DOR…
BERHENTI BAJINGAN teriak lelaki satu
BERHENTI teriak lelaki dua yang bersautan dengan lelaki satu
Dua tembakan melewatiku tanpa mengenaiku, menyapa angin disamping, lariku zig-zag mengindari para penembak amatiran ini. Aku terus berlari zig-zag dan terus berlari tanpa mempedulikan mereka yang ada dibelakangku. Tanpa mempedulikan keberadaan mereka.
cepat kalian kejar bajingan itu, jangan menembak lagi bisa ketahuan warga teriak ayah yang samar-samar aku dengar dengan jarakku yang semakin jauh.
Bagus, aku suka sekali kebodohan ayah. Mana ada yang tahu kalau itu adalah suara ledakan pistol. Pasti mereka menduga itu adalah suara kembang api. Tapi dengan mereka tidak menembak aku sedikit lega. Dalam posisi masih berlari zig-zag, Aku menengok kebelakang dan kudapati dua lelaki itu mengejarku jauh dibelakangku.
Ku kembalikan fokusku untuk berlari zig-zag untuk berjaga-jaga jika saja mereka menembakku lagi, hingga akhirnya tepat di sebuah gang aku berbelok masuk ke gang tersebut. Ya ini adalah gang dimana aku berangkat, gang dimana kenangan akan sebuah memori indah. Tepat ketika aku memasuki gang, kulihat sebuah lampu baru saja padam.
Aku yakin itu adalah lampu sebuah mobil tapi entah mobil siapa. Aku kini berlari lurus tanpa zig-zag. Semakin aku melewati gang ini semakin ingatanku kembali ke masa itu. Argh… bodoh! Aku terus berlari, aku harus masuk ke kebun singkong itu.
Tidak, tidak bisa jika dilihat dari jarak kejar kedua lelaki itu pasti mereka tahu aku masuk kesana dan bisa saja lariku terhambat. Aku tidak tahu situasi dari kebun singkong itu, kalau kejeblos dan kesleo bagaiman? Aku harus bagaimana?????! Aku yakin mereka tidak akan melihatku jika aku bisa bersembunyi di salah satu rumah ini.
Semakin dekat dengan tempat dimana cahaya lampu mobil itu padam.
Bu Dian bathinku. Ya itu adalah mobil bu dian, kenapa ini? kenapa bathinku mengatakan untuk kerumahnya?
Arah lariku menggeser merapat ke arah deretan rumah bu Dian. Mengikuti aliran perasaanku.
Aku melompati parit….
Tanganku menangkap tiang besi yang menjadi pagar rumah bu dian….
Dengan masih dalam kondisi sehabis melompati parit, aku langsung melompati pagar besi itu….
Rumah bu dian terletak diatas, jadi setelah pagar ada sebuah taman yang tingginya hampir sama dengan pagar rumahnya. Brugh… dengan posisi tubuh sedikit merangkak aku menaiki bukit kecil taman bu dian.
setelah sampai di atas, aku melihat bu dian sedang berjalan menaiki tanggak kesil menuju pintu rumahnya, tangan kanannya mencari kunci di tasnya. Dia tidak menyadari akan kehadiranku. Aku langsung berlari ke arahnya.
Bu Dian ucapku keras dengan memegang kedua bahunya. Bu dian mengenakan kaos tanpa lengan panjang yang ditutupi dengan sweater lengan panjang yang terbuka (mirip jaket tapi tanpa resleting), dan celana panjang model pensil. Tas kecil menggantung di bahunya. Ketika aku berkata kepadanya tangan kanannya masih di dalam tas, tatapan matanya adalah tatapan mata terkejut dan kebingungan
Si… siapa kamu? ucapnya gugup, jelas dia tidak tahu siapa aku, wajahku aku tutupi dengan masker dan juga kaca mata hitam.
ini aku bu, arya ucapku sembari membuka kaca mataku
Ar… Arya…. kenapa kamu ada di sini? ucapnya tiba-tiba, langsung aku memakai kacamataku kembali
tolong sembunyikan aku, Aku dikejar oleh orang yang akan membunuhku, aku butuh tempat bersembunyi, tolong aku bu ucapku. Tanpa berpikir panjang aku langsung berlari ke arah belakangnya, ke arah tempat mobil bu dian diparkir. Mungkin aku bisa bersembunyi di dalamnya.
Kuambil sebuah batu dengan tangan kiriku dan langsung aku lempar ke atap rumah tetangga bu dian. Dengan tujuan agar ada kegaduhan disebelah rumah, sehingga orang-orang yang mengejarku tidak mencariku di rumah bu dian. Aku terus berlari ke arah mobil bu dian, sreek… bugh… aku jatuh terjungkal tepat di belakang mobil bu dian, kepalaku terbentur lantai paving.
A… teriak kecil bu dian yang melihatku jatuh, namun aku tidak mempedulikannya. Aku langsung berlari ke samping mobil
Bu… Buka pintu mobilnya, cepat ucapku
Eh… belum aku kunci ucap bu dian
Ingat, Ibu bersikap biasa saja ucapku yang langsung masuk ke dalam mobil, clek… Kulihat dari dalam wanita itu tampak sedikit bingung dengan keadaan yang didekatnya sekarang dan dia kembali pada posisi melangkah menuju pintu rumahnya. Suasana kembali hening sesaat.
ARGH! SIAL KEMANA LARINYA Teriak lelaki pertama yang aku dengar, aku kemudian merebahkan tubuhku di tempat duduk belakang mobil, tepatnya dibawah kursi.
HEI KAMU! JANGAN BERGERAK! BUKAKAN PINTU ATAU KAMU AKU TEMBAK teriak lelaki ke dua kepada siapa aku tidak tahu. Entah bagaimana geraknya aku tidak tahu
CEPAAAAT teriak lelaki satu
I… I… ya jangan tembak… ucap bu dian, yang kemudian aku dengar langkah kakinya menuju gerbang. Kriieeeeeeeet…. suara pintu gerbang rumah dibuka.
Kamu tadi lihat lelaki berlari ke arah sini? bentak lelaki satu kepada bu dian
Trap… trap… trap suara langkah kaki seorang dari mereka. aku rebahkan tubuhku di bawah kursi belakang mobil. Degup jantung berdetak dengan sangat kencang, nafasku ku hemat agar tidak menimbulkan bunyi. Keringat mulai melukis seluruh tubuhku, panasmulai menyelimuti seluruh nyawaku.
tidak aku tidak tahu, hanya tadi ada sekelebat bayangan lari ke arah sana ucap bu dian
Tidak ada tanda-tanda orang itu lari kesini ucap seorang lagi dekat dengan mobil tempatku bersembunyi
SIAPA?! Maling? teriak seorang lelaki yang tidak aku ketahui siapa, suaranya keras tapi begitu samar aku dengar dari dalam mobil
hei bro, disamping ucap seorang lelaki satu yang semula berbicara dengan bu dian
Trap… trap… trap… suara langkah kaki menjauh dari mobil, ya lelaki dua menjauh mengikuti instruksi dari lelaki satu. Membuat nafasku dapat aku hembuskan dengan sangat lega, semburan kenikmatan bernafas diruanng bersuhu tinggi ini.
Ya sudah mbak , silahkan istirahat. Hati-hati tadi ada maling yang lari kesini, kami intel jadi mbak tenang saja ucap lelaki satu yang aku dengar samar dari dalam mobil
Iya, aku akan hati-hati ucap bu dian, yang kemudian terdengar suara pintu gerbang tertutup
INTEL GUNDULMU PEYANG SU Bathinku berteriak, bagaimana tidak? Penjahat mengaku intel.
Kucoba mengatur kembali formasi nafasku untuk melegakan jantungku. Hanya atap bagian dalam mobil yang sekarnag menjadi pemandanganku satu-satunya. Keringat-keringat yang melukis tubuhku mulai lelah dan berjalan kebawah tubuhku. Rasa lelah, kantuk, takut, gelisah bertemu menjadi satu seakan-akan menghajarku saat ini.
Ada apa pak? ucap lelaki satu sangat samar terdengar dari dalam mobil bu dian, walau suaranya terdengar sangat kecil tapi dapat aku dengarkan.
Tadi ada suara gaduh, entah siapa tapi suaranya keras ucap bapak tetangga bu dian yang rumahnya aku lempari batu
Entah pembicaraan apa yang mereka lakukan, percakapan mereka mulai tidak bida aku dengarkan. Rasa-rasa ingin segera keluar menghirup udara segar semakin berkobar. Sudah tidak tahan dengan suasan ini, namun jika aku keluar saat ini bisa jadi aku akan jatuh dalam pelukan kematian.
Aku melihat sekelebat bayangan melewati mobil dan kemudan masuk kerumah bu dian. bayangan dari sorot lampu teras rumah yang masuk ke dalam mobil bu dian. Dan dapat aku pastikan dengan jelas itu adalah wanita yang menolongku malam ini, bu dian.
Dari dalam mobil tanpa udara masuk ini, semakin lama nafasku semakin sesak. Tak kudengar lagi suara-suara kemarahan. Perlahan aku mendengar sebuah deru suara mobil datang, Kemungkinan mobil yang datang itu adalah mobil ayah dan lainnya.
Mobil itu berbunyi dan berhenti, terlihat sangat dekat dengan posisiku sekarang mungkin berada tepat di depan dirumah bu dian. tak ada suara pembicaraan atau obrolan yang aku dengar, nafasku semakin lama semakin sesak.
Kurang lebih setengah jam lamanya, aku berada di dalam mobil ditemani oleh suara mobil mereka. menahan panas dan sesak. Mungkinkah aku akan mati kehabisan nafas di dalam sini?
Dasar ******! Sudah tinggalkan tempat ini, nanti warga curiga teriak ayah samar
Baik bos ucap kedua lelaki bersamaan
Klek… klek… suara pintu mobil tertutup….
Suara ketiga mobil itu menghilang…
Aku masih rebah di dalam mobil, ku coba mengusap keringat-keringat dipipiku. Nafasku masih mengalir, menandakan masih ada sisa oksigen yang bisa masuk ke dalam paru-paruku. Aku akan mati kehabisan nafas, aku akan mati kekeringan didalam sini. Kulihat telapak tangaku sudah banjir keringat yang tak tahu dari mana asalnya. Kuusap keningku.
Aduh sial… bathinku, keningku ternyata luka akibat jatuh tadi
Setelah beberapa menit suara mobil-mobil itu menghilang…
Tok tok tok…
Eh… aku terkejut adanya ketokan pada pintu depan mobil, aku bangkit dan kudapati bu dian berada disamping kanan mobil
Ayo cepat masuk kerumah… ucap bu dian
Aku kemudian bangkit dan merangkak ke jok depan mobil. Ku buka perlahan pintu depan mobil sebelah kiri…
sudah tenang mereka sudah pergi, masuk lewat pintu samping ucap bu dian yang menunjukan pintu samping rumahnya yang langsung menghubungkan dengan tempat parkir mobilnya
hash hash hash iya… ucapku sambil merunduk aku berlari dan masuk lewat pintu samping yang sud terbuka itu
Aku masuk, dan kudapati diriku di ruang keluarga rumah bu dian. ada sofa dan sebuah TV LED yang berada didepannya. Aku langsung rebahkan tubuh atasku di sofa dengan nafas terengah-engah.